Peristiwa ini terjadi tiga tahun yang lalu. Kejadiannya di Jakarta, di
daerah Sunter, aku yang berumur 14 tahun tinggal bersama kakak
perempuanku, menempati salah satu rumah yang dimiliki paman mereka.
Kebetulan rumah itu tidak ditempatinya. Saat itu kakakku, Ai Ling
berumur 19 tahun dan telah kuliah tingkat satu di salah satu perguruan
tinggi swasta di Jakarta. Kedua orang tua kami tinggal di Jawa Tengah,
dimana mereka mengelola sebuah toko. Karena dirasa Jakarta lebih
kondusif sebagai tempat menuntut ilmu, maka mereka mengirim kami ke
Jakarta untuk bersekolah.
Kakakku Ai Ling wajahnya cukup cantik
mirip dengan bintang film dari Hongkong atau Taiwan. Kulitnya putih
mulus, karena memang kami adalah dari keluarga keturunan chinese. Dengan
tinggi di atas 160 cm bobot 50 kg, tubuhnya cukup ideal untuk seorang
gadis remaja. Sehingga tidaklah mengherankan kalau teman-teman cowoknya
banyak yang mendekatinya. Bahkan yang menyukainya tidak hanya cowok
keturunan chinese saja. Banyak pula teman-teman kuliah cowoknya yang
pribumi juga terang-terangan mendekatinya.
Di kampusnya memang
antara pribumi dan non pribumi jumlahnya seimbang. Namun Ai Ling tidak
menanggapinya, karena sebetulnya Ai Ling telah mempunyai pacar yang pada
waktu itu sedang kuliah di Amerika. Selain aku dan Ai Ling, rumah
tersebut juga dihuni oleh seorang pembantu perempuan dan seorang sopir
pribadi yang rutin bertugas mengantar kami sekolah dan kuliah. Sopir
kami bernama Sudin. Sebelumnya ia bekerja sebagai tukang ojek.
Beberapa
saat sebelum terjadi peristiwa tersebut, sebenarnya aku telah mempunyai
firasat yang kurang mengenakkan mengenai Sudin. Beberapa kali aku
memergoki Sudin sedang menatap dengan tajam bagian tubuh tertentu dari
Ai Ling, jika kebetulan Ai Ling sedang tidak menyadarinya. Memang
kadang-kadang jika berada di rumah dan sedang santai, Ai Ling sering
mengenakan baju rumah yang cukup ketat. Apalagi setelah pembantu
perempuan kami pulang ke desanya, karena ada salah satu anggota
keluarganya yang sedang sakit keras, kadang-kadang Ai Ling hanya
sendirian dengan Sudin di dalam rumah karena jam sekolahku berbeda.
Tetapi untungnya pada malam hari Sudin tidak menginap di rumah kami.
Suatu
malam saat aku dan Ai Ling sedang santai menonton TV di ruang tamu,
tiba-tiba Sudin muncul bersama dua orang temannya tukang ojek yang biasa
beroperasi di sekitar daerah itu. Sudin rupanya telah lama berniat akan
merampok rumah majikannya tersebut, karena hanya Nico dan Ai Ling saja
yang tinggal di rumah itu. Untuk melancarkan rencana tersebut, Sudin
telah mengontak 2 orang temannya yang bekas sesama tukang ojek, untuk
membantunya melaksanakan maksud tersebut. Pada hari dan waktu yang telah
ditentukan mereka melaksanakan rencana tersebut, karena itulah mengapa
tiba-tiba mereka muncul malam itu di rumah kami.
Sambil mengancam
dengan pisau, mereka memaksa kami untuk menunjukan barang-barang
berharga dan uang yang disimpan dalam lemari. Dengan ketakutan Ai Ling
menyerahkan barang-barang berharga milik kami seperti uang, arloji,
handphone, dll. Mereka kemudian masuk ke kamar Ai Ling untuk mengambil
perhiasan dan barang-barang berharga lainnya. Melihat kegarangan mereka
hati kami menjadi ciut. Kami berdoa dalam hati biarlah barang-barang
tersebut diambil asalkan kami tetap selamat.
Setelah selesai
mengambil semuanya, tiba-tiba salah seorang teman Sudin berkata, "Eh,
ngomong-ngomong cewek ini boleh juga ya. Mending kita sikat saja
sekalian."
"Iya nih. Wajahnya cakep dan kulit mukanya putih, nggak
tahu kalau bagian tubuh yang lainnya", kata yang lain sambil memandang
kakakku dengan tersenyum-senyum.
"Wah, bener juga kata lu. Susunya
montok tuh, ngelihatnya saja sudah bikin orang ngaceng.., kita bisa
pesta nih. Mimpi apa kita semalam. Apalagi kita belum pernah ngerasain
amoy. Yuk dah, kita garap rame-rame", timpalnya lagi.
Saat itu
kakakku baru pulang setelah pergi bersama temannya dan mengenakan kaos
berwarna merah yang cukup ketat. Sudin segera mendekati Ai Ling yang
berdiri ketakutan di pinggir tembok.
Tangannya dengan cepat
meraba-raba pipi Ai Ling yang putih mulus, sambil ia berkata pada
teman-temannya, "Cewek manis ini, namanya Ai Ling. Aku sendiri
sebenarnya sudah lama pengen ngerasain dia. Apalagi dia suka banget pake
pakaian yang bikin orang terangsang. Hari ini kita bakalan puas deh".
Dengan
segera Ai Ling menampik tangan Sudin dan sambil menatap wajahnya dengan
menguatkan hatinya, Ai Ling mencoba menggertak Sudin, "Kurang ajar kamu
yah. Aku ini kan majikanmu, tega benar kamu hendak berbuat kurang ajar
padaku!"
Bukannya takut Sudin malah makin berani, sahutnya, "Aku
memang kacungmu yang biasa diperintah-perintah, tapi kali ini kamulah
yang akan menuruti kemauan kami", kata Sudin.
Tiba-tiba kedua
tangannya dengan cepat meraih payudara Ai Ling dan segera
meremas-remasnya dengan ganas. Ai Ling yang telah tersandar pada tembok,
tidak dapat mengelaknya, "Adduhh.., jangaann..!", jeritnya kaget
mendapat perlakuan kasar dari Sudin tersebut.
Melihat itu akupun
menjadi emosi, seketika kuterjang Sudin dan memukulinya. Tapi mereka
kemudian mengeroyokku dan memukuliku sampai babak belur. Sementara Ai
Ling menjerit-jerit menyaksikan aku dipukuli oleh bajingan-bajingan itu.
"Kamu jangan macam-macam kalau tidak ingin kami bunuh!" hardik Sudin sambil menampar mukaku.
"Jo, ikat dia. Biar dia ngeliat kita ngerjain kakaknya", kata Sudin memerintah temannya.
Kemudian
mereka menyeretku ke kamar Ai Ling dan mengikatku di kursi dekat
ranjangnya. Setelah itu mereka menggotong Ai Ling yang terus
memberontak, kedalam kamarnya dan melemparnya ke atas tempat tidurnya.
"Ai
Ling, dengar baik-baik, kalian akan kuampuni kalau kamu mau menuruti
kemauan kami. Kalau kamu melawan, adikmu akan kubunuh dan kau pun akan
kubunuh setelah kami puas menikmatimu. Saat ini tidak ada yang dapat
menolong kalian", kata Sudin.
Sementara karena ketakutan diancam
hendak dibunuh, akhirnya Ai Ling tidak berani berteriak keras-keras dan
pasrah dengan nasibnya. Segera dengan tidak membuang-buang waktu mereka
langsung mendekati Ai Ling yang masih terkapar di atas tempat tidur dan
mulai mengerubutinya. Sudin langsung mencium muka Ai Ling, mula-mula
hidung dan pipinya dijilat-jilatnya, seakan-akan sedang menikmati betapa
licin dan mulusnya pipi Ai Ling tersebut, akhirnya bibir Ai Ling
dilumatnya dengan ganas. Sementara kedua tangannya tidak tinggal diam,
dengan nafsu meraba-raba buah dada yang mulus padat itu, kemudian
meremas-remasnya dengan sangat bernafsu.
Dari mulut Ai Ling hanya
terdengar jeritan lirih, "Aaagghh.., aagghh.., jaangaann..,
janngaann.., aammpunn.., aammppunn..!", ".. Jaanngaann..,
peerrkoossaa.., saayyaa..!".
Akan tetapi sambil tertawa-tawa
Sudin berkata, "Tenang saja, nanti juga lo akan merasa keenakan,
niihh.., gimana rasanya, enak khan pijitanku. Susumu benar-benar
nikmat", katanya sementara aktifitas kedua tangannya tetap masih
meremas-remas payudara Ai Ling.
Badan Ai Ling menggeliat-geliat,
tapi dia tidak dapat menghindar karena kedua teman Sudin masing-masing
memegang kaki dan tangannya erat-erat sambil tertawa-tawa. Lalu mereka
tidak mau kalah dengan Sudin, salah seorang di antaranya yang memegang
kedua kaki Ai Ling, langsung menyingkap dan menarik lepas rok Ai Ling,
sehingga terlihat celana dalam merah muda dan kedua belah paha Ai Ling
yang putih mulus. Kemudian sambil menduduki kedua kaki Ai Ling, kedua
tangan orang tersebut segera mengelus-elus kedua paha Ai Ling yang sudah
setengah terpentang itu dengan bebas.
Tangannya mula-mula hanya
bermain-main di kedua paha, naik turun, tapi akhirnya secara
perlahan-lahan mulai mengelus-elus belahan di antara kedua pangkal paha
Ai Ling yang masih ditutupi CD itu. Tidak cukup sampai di situ, bahkan
salah satu jari tengahnya dimasukan ke celana dalam Ai Ling dan
dipaksakan masuk kedalam kemaluan Ai Ling yang masih sangat rapat itu.
Badan Ai Ling hanya bisa menggeliat-geliat saja dan pantatnya bergerak
menggeser ke kiri ke kanan mencoba menghindari tangan-tangan yang
menggerayangi paha dan kemaluannya itu.
Dari mulutnya tetap
terdengar jeritan, "Jaangann.., jjanngann.., aadduuhh.., aadduhh..!" dan
dari kedua matanya mengalir air mata putus asa, kepalanya
digeleng-gelengkan ke kiri ke kanan, menahan rasa geli yang mulai
merambat ke seluruh tubuhnya. Secara perlahan-lahan pada bagian CD-nya
yang menutupi belahan liang kewanitaannya mulai terlihat membasah.
Rupanya
tubuh Ai Ling tidak dapat menyembunyikan reaksinya atas perasaan
terangsangnya menerima perlakuan tersebut. Dengan kedua tangan yang
dipegang di atas kepalanya dan kedua kaki diduduki dan di saat bersamaan
mulutnya dilumat-lumat dengan ganas dan buah dadanya diremas-remas,
serta elusan-elusan disertai sentuhan-sentuhan jari pada klitorisnya,
membuat suatu sensasi yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata,
tiba-tiba melanda perasaan Ai Ling, perasaan putus asa, perasaan terhina
dan ketidakberdayaan secara bersamaan menimbulkan suatu penyerahan dan
kepasrahan total yang mengakibatkan suatu kenikmatan yang maha dahsyat
melanda perasaan dan tubuh Ai Ling.
Sungguh menyakitkan memang
menyaksikan peristiwa itu. Dimana sebuah tubuh putih mulus dan cantik,
sedang telentang lemas tanpa daya dikerubuti oleh tiga lelaki kasar
sopir dan tukang ojek yang bertubuh hitam tidak terawat dengan
tangan-tangan yang berkeliaran kemana-mana, benar-benar terlihat sangat
kontras. Akhirnya Sudin menyobek lepas kaos yang dikenakan Ai Ling,
sehingga sekarang Ai Ling hanya mengenakan BH dan celana dalam saja.
Sudin
meraba-raba dan mengelus-elus buah dada Ai Ling yang masih tertutup
BH-nya sambil berkata, "Wah penasaran nih pingin lihat susunya amoy".
Katanya sambil tersenyum-senyum.
Kemudian dengan perlahan-lahan
Sudin membuka BH Ai Ling. Dan dengan terpesona mereka menatap payudara
Ai Ling yang sangat indah itu. Buah dada Ai Ling putih mulus, tidak
terlalu besar, masih sangat kencang berdiri tegak dengan ujung putingnya
yang coklat muda kecil, tapi terlihat sudah mengeras karena dielus-elus
dari tadi.
"Wah susu Ai Ling sangat bagus ya!" kata salah
seorang dari mereka sementara kedua tangannya mengusap-usap payudara Ai
Ling dengan perlahan-lahan seakan-akan terpesona, karena baru sekarang
dia pernah melihat buah dada indah, yang sedemikian putih dan halus itu.
"Wah putingnya coklat muda. Bikin tambah nafsu saja", kata yang lain.
"Coba lihat ukuran BH-nya, eh BH-nya Triumph ukurannya 34 C", kata salah seorang dari mereka.
Kemudian
ganti Sudin yang meraba-raba dan meremas-remas perlahan buah dada Ai
Ling. Yang seorang lagi yang dari tadi duduk pada kedua kaki Ai Ling,
tidak mau kalah juga, segera saja CD merah muda Ai Ling ditarik dengan
kasar sehingga sobek dan segera dicampakkannya ke pinggir, sehingga
sekarang Ai Ling benar-benar telah berada dalam keadaan polos, telanjang
bulat tanpa selembar benang pun yang melekat di tubuhnya, terkapar tak
berdaya dengan tangan-tangan hitam kasar mirip tangan-tangan gurita yang
sedang menggerayangi lekuk-lekuk tubuh yang molek itu.
Pada
bagian bawah tubuh Ai Ling yang membukit kecil di antara kedua pahanya
yang putih mulus itu, kemaluannya yang kecil berbentuk garis memanjang
yang menggelembung pada kedua pinggirnya, tampak ditutupi oleh bulu
kemaluannya yang lebat yang berwarna coklat muda.
"Hehehe, lihat tuh jembutnya lebat sekali. Aku suka sama cewek yang satu ini".
Kemudian
teman Sudin langsung meraba-raba dan mengelus-elus bulu kemaluannya
sambil membuka kedua paha Ai Ling makin melebar. Terlihatlah liang
vaginanya yang masih rapat. Tangan hitam dan kasar itu segera menjamah
liang yang sempit itu sambil menggesek-gesekan jempolnya pada tonjolan
daging kecil yang terletak di bagian atasnya. Sementara puting susu Ai
Ling sedang diisap-isap oleh Sudin dengan lahapnya sambil sesekali
mempermainkan putingnya dengan ujung lidahnya. Sedangkan temannya yang
satu lagi, yang dari tadi memegangi kedua tangan Ai Ling, sekarang
sedang melumat mulut dan kedua bibir Ai Ling dengan rakus dan lidahnya
dengan paksa dimasukkan ke dalam mulut Ai Ling dan mempermainkan lidah
Ai Ling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar